RSS

Selasa, 14 Februari 2012

Menjadi Guru ( Part One )



Rabu ( 8/2).Hari ini tadi adalah hari pertama berlangsungnya kegiatan belajar mengajar semester genap di Sekolah Luar Biasa Negeri Pohuwato( SLBN POHUWATO ) tempat saya mengajar. Entah mengapa, mungkin karena telah cukup lama aq tidak pernah mengajar lagi jadi merasa agak aneh pagi tadi.

Sebagai seorang pemula, saya merasa kehidupan saya sebagai seorang guru begitu fluktuatif. Di semester genap sekarang , dimana saya diserahi jatah mengajar  2kelas untuk SMPLB dan 1 kelas untuk SMALB  mengajar TIK( SD,SMP,SMA masih berada dlm lokasi yang sama  ) dan juga diserahi tanggung jawab sebagai Tata usaha ( bagian pengelolahan admin sekolah yang mengurusi setiap penginputan data pegawai yang berbasis website.www.slbpohuwato.sch.id) saya merasa kejutan-kejutan entah besar maupun kecil sepertinya datang bertubi-tubi tanpa henti.

Saya harus membuka buku dari bermacam-macam penerbit hampir setiap hari, mempersiapkan materi di malam hari, mempelajari mata pelajaran yang tidak saya kuasai seperti TIK (sebenarnya yang saya khawatirkan bukanlah materinya, tetapi strategi mengajarnya karena mengingat disiplin ilmu yang kumiliki bukanlah keguruan ), menyusun perangkat pembelajaran (program tahunan, program semester, silabus, RPP, analisis standar kompetensi/kompetensi dasar, dan lain sebagainya), membuat materi ajar berbasis TIK, menyusun soal ulangan harian, menyesuaikannya dengan SKL Ujian Nasional, melakukan remedial, mengoreksi, menghadapi siswa yang memiliki kepribadian yang berbeda-beda , menyusun soal ulangan semester,. Di samping itu, kejutan-kejutan itu juga menyerang sisi psikologis saya. Hingga pada akhirnya saya harus belajar cara meredam amarah, belajar menyikapi orang-orang di sekeliling saya, menyikapi siswa-siswa saya, juga belajar tentang loyalitas (terhadap pekerjaan, pimpinan, lingkungan), belajar mengatur waktu, belajar sabar, belajar ikhlas, belajar tawadu’, juga belajar tentang ‘menjadi guru’ itu sendiri.

Dan yang menariknya, semua itu berlangsung secara bersamaan untuk yang pertama kalinya dalam hidup saya. Bahkan yang lebih menarik lagi adalah, saya bukanlah termasuk jenis manusia yang peduli, berkebalikan dengan profesi guru yang mengharuskan seribu persen kepedulian itu mutlak untuk dimiliki. Alhasil, jadilah saya bersusah payah mengumpulkan energi setiap hari untuk menjadi orang yang sangat peduli. Peduli terhadap apa saja walaupun hasilnya kadang-kadang masih memprihatinkan.

2 komentar:

Fitri Meila mengatakan...

same with me..
menjadi guru padahal samasekali tidak memiliki background keguruan bukan hal yang mudah ternyata.. apalagi jika ditambah mendapatkan perlakuan tidak adil, ketidaksamaan beban kerja, dll.. ikhlas menjadi sesuatu yang langka dan tak ternilai..
whuaaa, koq malah curhat ya? :D

za mengatakan...

:)
bener fit yang lain mengatakan jadi guru itu mengasyikan..aahh mereka belom tau sebenarY..!!
jadi guru ternyata beban..beban psikologis
takut klo siswaY gag ngerti ato apalah yang jd sasaran kan kita sebagai guruY yang dia anggap gagal mendidik.."memanusiakan manusia itu ternyata sangat sulit"
heemm...ternyata seorang Guru harus "berjiwa malaikat berhati bidadari "


waahh..curcol nih..ckckckckck

Posting Komentar